Monday, June 3, 2013

Belajar untuk Mendidik

Hidup adalah proses
Di dalam kehidupan, mungkin kita pernah dilukai ataupun melukai. Tapi karena itu, kita BELAJAR tentang bagaimana cara menghargai, menerima, berkorban, dan memperhatikan.
Di dalam kehidupan, kita pernah dibohongi dan mungkin pernah membohongi. Namun, dari situ kita dapat BELAJAR tentang satu hal, tentang kejujuran.
Andaikan kita tidak pernah melakukan kesalahan di dalam hidup ini, mungkin kita tidak akan pernah BELAJAR arti dari meminta maaf dan memberi maaf.
Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini, tidak akan terulang kembali. Namun ada satu hal yang masih tetap bisa lakukan yaitu BELAJAR dari masa lalu untuk hari esok yang lebih baik.

Sepenggal puisi di atas ingin mengatakan satu hal bahwa “hidup adalah sebuah proses untuk belajar”. Tanpa ada batasan umur, tanpa ada kata tua, semua orang bisa terus belajar dan belajar. Bahkan pada lanjutan puisi ini tertulis demikian “Jatuh, berdiri lagi. Kalah, mencoba lagi. Gagal, bangkit lagi”. Hal ini kembali menegaskan bahwa semua orang bisa salah, namun semua orang pun berhak belajar dari kegagalannya pada masa lalu untuk meraih kesuksesan pada masa yang akan datang.

Berbicara tentang kesuksesan seseorang, nampaknya takkan lepas dari peranan seseorang yang senantiasa membimbing di dalam proses pembelajaran tersebut. Yap, tak lain adalah pendidik. Sejak usia 3 tahun, anak-anak telah dididik oleh seorang guru Kelompok Bermain. Di sana, mereka diajarkan hal-hal baru, mulai dari yang sederhana seperti menggunting, menyanyi, hingga hal-hal yang kompleks seperti membaca dan menghitung. Hari terus berganti, SD, SMP, SMA dilalui. Pertumbuhan dan perkembangan anak-anak itu senantiasa didampingi oleh seorang guru sebagai pendidik. Bahkan hingga usia dewasa pun, mereka tetap dapat menempuh pendidikan di bangku Universitas. Itulah konsep interaksi PENDIDIK dan PENDIDIKAN yang dikenal masyarakat. Pola ini seperti dipatok dalam kehidupan masyarakat, bahwa “Pendidikan hanya dapat diperoleh secara formal”, yaitu di sekolah.

Tanpa kita sadari, definisi pendidikan yang kita kenal hanya sebatas pendidikan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Matematika, Kimia, Geografi itulah yang selama ini kita anggap sebagai pendidikan. Kita sering lupa bahwa ada sebuah ‘kemampuan selain kognitif’ yang juga PENTING untuk dimiliki oleh semua orang. Pernahkah kamu mendengar pepatah yang mengatakan “Universitas sesungguhnya adalah Universitas Kehidupan.” Di sana, kamu akan belajar berbagai hal yang mungkin sederhana namun sangat bermanfaat untuk pembentukan karaktermu.
Tepat! Segala sesuatunya membutuhkan keseimbangan. Secara umum, manusia membutuhkan dua bentuk pendidikan, yaitu pendidikan intelektual dan pendidikan karakter. Ibarat kamera, coba diperkecil (zoom out), maka kamu tidak hanya terfokus pada satu hal, tetapi pada keseluruhan. Keduanya diperlukan untuk saling mendukung dalam mencapai kesuksesan yang sesungguhnya, yakni kesuksesan yang memuaskan dan membanggakan. Di era yang seperti sekarang ini, PERCUMA bila seseorang sangat pintar, namun tidak memiliki karakter yang baik. Orang yang seperti ini hanya akan menghancurkan bangsa.

Alat yang diperlukan untuk memberantas keberadaan karakter-karakter yang tidak baik ini adalah KESADARAN. Setiap orang berhak belajar, namun setiap orang pun berkewajiban mendidik satu sama lain. Untuk mengubah sesuatu, tidak hanya sekedar teori yang dibutuhkan melainkan juga contoh dan teladan nyata. Kitalah sang pendidik-pendidik aktif yang saling belajar dan saling mendidik.

Kesopanan, kedisiplinan, ketaatan, kerendahan hati, nampaknya terdengar sepele dan mudah dilakukan oleh siapa saja. Namun, pemikiran yang menganggap ‘enteng’ segala sesuatu terkadang juga bisa menyulitkan sesuatu yang mudah. Pada akhirnya, bukan kesungguhan yang diterapkan, melainkan pelunturan secara perlahan. Ketika proses pelunturan nilai-nilai itu terjadi, sebagai pendidik-pendidik aktif, kita dituntut untuk melakukan sesuatu. Tidak perlu tindakan yang ‘WAH’ yang dapat mempengaruhi banyak orang sekaligus, namun mulailah dengan bertutur sopan kepada orang yang lebih tua. Mulailah dari hal yang paling sederhana di lingkungan terdekat. Banyak hal yang bisa kita lakukan, banyak hal yang bisa kita bangun, demi terciptanya generasi muda yang lebih berkualitas.

Jangan pernah takut untuk belajar, jangan pernah takut untuk mendidik. Dengan adanya kemauan yang tulus dan tekad yang kuat, kita dapat perlahan belajar untuk mendidik. Dengan belajar, kita bisa mendidik. Dengan mendidik, kita pun bisa belajar. Jadilah pendidik aktif yang menginspirasi lingkungan sekitarmu!

Ditulis untuk Lomba Blog Sampoerna School of Education, dengan tema “Menjadi Pendidik”
(30 Juni-30 Juli 2012)
Nita Felicia / nita_felicia

No comments :

Post a Comment