Sebuah
konsep lahir di tangan Paul Otlet, seorang Belgia, pada tahun 1930-an.
Terlahir dari ide menciptakan sistem dengan kemampuan menggabungkan dua
alat atau lebih. Tujuannya hanyalah satu, yakni “menghimpun informasi
dimana dan darimana pun”, untuk menggantikan posisi ‘buku tradisional’
dengan sesuatu yang lebih praktis. Sempat terpikir olehnya untuk
menggabungkan telepon dan televisi, dua alat yang telah ada saat itu.
Dengan demikian, gelombang radio bukan hanya sekedar dipakai sebagai
komunikasi dan hiburan saja, tetapi lebih dari itu juga berfungsi untuk
membawa ilmu pengetahuan ke rumah-rumah. Belum sempat ide itu
terealisasikan, pada tahun 1944 Beliau meninggal dunia.
Namun,
konsep itu tidak mati. Pemikiran Paul Otlet terus tumbuh dan berkembang
di tangan para ilmuwan lain, seperti Vinton G. Cerf dan Tim
Berners-Lee. Berawal dari sebuah ‘konsep impian’ hingga menjadi sebuah
sistem. Itulah yang membawanya pada suatu perjalanan yang benar-benar
membutuhkan pemikiran dan kerja keras. Hingga tibalah pada tahun 1982,
sebuah nama resmi diberikan pada sistem ini yaitu “INTERNET”. Panggilan
inilah yang kita kenal saat ini.
Seiring dengan melesatnya internet di kancah teknologi, kecerdasannya pun semakin tak teragukan. Surat elektronik (email), World Wide Web (WWW), browsing, electronic magazine, search engine, online game merupakan beberapa dari segudang fasilitas yang dimilikinya. Kemampuan-kemampuan sistem yang memiliki nama panjang interconnection-networking ini, kini dapat diakses dengan mudah oleh seluruh dunia.
Kehadirannya
sungguh membawa dampak yang signifikan. Masalah perbedaan jarak, ruang,
dan waktu dapat diatasi dengan hanya sebuah ‘KLIK’. Sungguh
mencengangkan bukan? Bagaimana tidak, konsep impian Paul Otlet kini
sungguh terwujud. Dengan internet, kita dapat mengakses informasi
apapun, dari manapun.
Waktu
terus bergulir, tanpa disadari internet terus belajar. Dan hal itu
terbukti saat ini, ketika internet tidak hanya digunakan satu arah,
namun juga dapat berfungsi untuk komunikasi dua arah baik secara
tulisan, audio, maupun visual. Kecerdasan ini kini kita kenal dengan
istilah kamera web. Kamera yang berukuran kecil ini dipasang pada bagian
layar monitor komputer atau laptop sehingga Anda dapat melihat lawan
bicara Anda saat berkomunikasi lewat internet. Sangat menyenangkan!
Pernahkah
Anda mendengar kalimat ini “Sori, yang kemarin itu hanya karena
mis-komunikasi”? Ya, kalimat itu biasa digunakan untuk mengklarifikasi
suatu permasalahan karena kesalahpahaman dalam berkomunikasi antara
pemberi pesan dan penerima pesan. Kira-kira itulah gambaran sederhana
mengenai apa yang terjadi dalam mis-komunikasi. Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya peristiwa ini. Tak jarang pula yang akhirnya
berujung pada sebuah pertengkaran hebat. Salah satu penyebabnya adalah
kesalahpahaman berkomunikasi yang dilakukan melalui tulisan ataupun
audio. Seseorang dengan latar belakang bahasa dan ilmu pengetahuan yang
berbeda tentu akan menghasilkan suatu pemahaman yang berbeda pula. Hal
ini berpotensi si penerima pesan salah mengartikan pesan yang diberikan
oleh si pemberi pesan.
Seluruh
pernyataan ini sebenarnya ingin menyampaikan satu pesan bahwa
pentingnya mimik wajah dalam berkomunikasi. Di dalam dunia komunikasi,
secara umum kita mengenal tiga macam cara penyampaian pesan atau
informasi, yaitu melalui bahasa tulisan, bahasa suara, dan bahasa tubuh.
Dengan menggunakan ketiga bahasa ini, diharapkan kita dapat
meminimalkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam berkomunikasi.
Lagi-lagi kecerdasan internet membantu kita mewujudkan itu semua.
Kehadirannya
sungguh membantu, namun di sisi lain tak dapat dipungkiri kehadirannya
pun sungguh menuntut. Pepatah nenek moyang kita mengatakan, suatu
kemampuan jika tidak digunakan dengan baik dan benar akan mendatangkan
malapetaka. Kehadiran internet di tengah-tengah masyarakat bukanlah
suatu kebetulan. Internet diperoleh melalui sebuah perjuangan yang tidak
sebentar dengan tujuan awal yang positif yaitu membangun masyarakat
cerdas. Sebagai satu-satunya subjek pengguna internet, kita pun dituntut
untuk cerdas.
Kemudahan
yang disediakan untuk membuka segala sesuatu dengan mudah memberikan
peluang bagi masyarakat untuk membuka suatu informasi yang tidak pantas,
misalnya informasi-informasi yang berbau pornografi. “Dampak negatif
sudah mengintip”, khususnya pada anak-anak di bawah umur. Sebagai
pengguna-pengguna yang cerdas, masyarakat dituntut untuk berupaya
semaksimal mungkin meminimalkan bahaya tersebut. Dalam hal ini, peran
orang tua sangat dibutuhkan. Orang tua dituntut untuk memberikan
pengarahan dan pengawasan penuh terhadap anak-anaknya, demi terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak yang sehat.
Perlu
diacungkan jempol, kecepatan penyebaran informasi melalui internet
memang tak perlu dipertanyakan lagi. Dengan sebuah ‘KLIK’, dalam
hitungan detik saja pesan itu sudah menyebar di antara jaringan-jaringan
informasi. Namun, terkadang kemudahan ini justru merupakan sumber
kekacauan. Para pengguna internet yang tak cerdas sering memanfaatkannya
untuk menyebarkan informasi-informasi palsu. Tak tanggung-tanggung,
pada umumnya mereka menggunakan kecerdasan ini untuk membuat
berita-berita palsu yang berkaitan dengan suatu produk, perusahaan,
tokoh, dan sebagainya. Sungguh suatu berita yang rentan dengan timbulnya
pertengkaran dan kekacauan. Sebagai subjek-subjek internet yang cerdas,
masyarakat dituntut untuk berpikir jernih setiap kali mempergunakannya.
Kuncinya hanyalah satu yaitu saling menghormati. Dengan demikian, kita
dapat merasakan manfaat kecerdasan internet secara bersama-sama.
Sebuah
penelitian menemukan fakta bahwa sejumlah orang di dunia mengalami
kecanduan internet. Sekitar 15 jam adalah waktu yang dihabiskan para
remaja dan dewasa untuk online internet dalam seminggu. Data
ini menunjukkan adanya peningkatan sebanyak lima jam dari enam tahun
yang lalu. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Chinese Academy of Sciences
mengemukakan suatu fakta yang sangat mengejutkan. Pada akhir penelitian
disebutkan sebuah pernyataan bahwa, “KECANDUAN INTERNET SAMA BURUKNYA
DENGAN KECANDUAN KOKAIN.”
Dalam
penelitian tersebut, ditemukan bahwa mengakses internet secara berlebih
akan mengakibatkan kerusakan pada otak, tepatnya mereka akan mengalami
gangguan fungsi ‘white matter’ pada sistem saraf. Gangguan ini biasa terjadi pada mereka yang mengonsumsi alkohol, kokain, dan ganja. Saraf ‘white matter’
ini berfungsi untuk menghubungkan beberapa bagian pada otak yang
bertanggung jawab sebagai fungsi pengambilan keputusan, emosi, dan
pengendalian diri. Masalah lebih lanjut akan timbul dalam bentuk
gangguan berperilaku.
Potensi terbesar saat ini yang menyebabkan seseorang menderita kecanduan internet adalah game online.
Untuk itu, kesadaran penuh sangat diperlukan. Sebagai masyarakat yang
cerdas, setiap kita dituntut untuk memiliki kesadaran akan waktu, tugas,
dan tanggung jawabnya masing-masing.
Kecerdasan
internet merupakan suatu hal yang esensial dalam memajukan ilmu dan
teknologi suatu bangsa. Namun, di sisi lain kemajuan ini juga berpeluang
menghancurkan bangsa. Dengan hadirnya masyarakat cerdas, kita dapat
sedikit bernapas lega dan yakin berkata, “Kehadiranmu sungguh
bermanfaat, Internet!”
No comments :
Post a Comment