Monday, June 3, 2013

Internet Cerdas untuk Masyarakat Cerdas

Sebuah konsep lahir di tangan Paul Otlet, seorang Belgia, pada tahun 1930-an. Terlahir dari ide menciptakan sistem dengan kemampuan menggabungkan dua alat atau lebih. Tujuannya hanyalah satu, yakni “menghimpun informasi dimana dan darimana pun”, untuk menggantikan posisi ‘buku tradisional’ dengan sesuatu yang lebih praktis. Sempat terpikir olehnya untuk menggabungkan telepon dan televisi, dua alat yang telah ada saat itu. Dengan demikian, gelombang radio bukan hanya sekedar dipakai sebagai komunikasi dan hiburan saja, tetapi lebih dari itu juga berfungsi untuk membawa ilmu pengetahuan ke rumah-rumah. Belum sempat ide itu terealisasikan, pada tahun 1944 Beliau meninggal dunia.

Namun, konsep itu tidak mati. Pemikiran Paul Otlet terus tumbuh dan berkembang di tangan para ilmuwan lain, seperti Vinton G. Cerf dan Tim Berners-Lee. Berawal dari sebuah ‘konsep impian’ hingga menjadi sebuah sistem. Itulah yang membawanya pada suatu perjalanan yang benar-benar membutuhkan pemikiran dan kerja keras. Hingga tibalah pada tahun 1982, sebuah nama resmi diberikan pada sistem ini yaitu “INTERNET”. Panggilan inilah yang kita kenal saat ini.
Seiring dengan melesatnya internet di kancah teknologi, kecerdasannya pun semakin tak teragukan. Surat elektronik (email), World Wide Web (WWW), browsing, electronic magazine, search engine, online game merupakan beberapa dari segudang fasilitas yang dimilikinya. Kemampuan-kemampuan sistem yang memiliki nama panjang interconnection-networking ini, kini dapat diakses dengan mudah oleh seluruh dunia.

Kehadirannya sungguh membawa dampak yang signifikan. Masalah perbedaan jarak, ruang, dan waktu dapat diatasi dengan hanya sebuah ‘KLIK’. Sungguh mencengangkan bukan? Bagaimana tidak, konsep impian Paul Otlet kini sungguh terwujud. Dengan internet, kita dapat mengakses informasi apapun, dari manapun.

Waktu terus bergulir, tanpa disadari internet terus belajar. Dan hal itu terbukti saat ini, ketika internet tidak hanya digunakan satu arah, namun juga dapat berfungsi untuk komunikasi dua arah baik secara tulisan, audio, maupun visual. Kecerdasan ini kini kita kenal dengan istilah kamera web. Kamera yang berukuran kecil ini dipasang pada bagian layar monitor komputer atau laptop sehingga Anda dapat melihat lawan bicara Anda saat berkomunikasi lewat internet. Sangat menyenangkan!

Pernahkah Anda mendengar kalimat ini “Sori, yang kemarin itu hanya karena mis-komunikasi”? Ya, kalimat itu biasa digunakan untuk mengklarifikasi suatu permasalahan karena kesalahpahaman dalam berkomunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Kira-kira itulah gambaran sederhana mengenai apa yang terjadi dalam mis-komunikasi. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa ini. Tak jarang pula yang akhirnya berujung pada sebuah pertengkaran hebat. Salah satu penyebabnya adalah kesalahpahaman berkomunikasi yang dilakukan melalui tulisan ataupun audio. Seseorang dengan latar belakang bahasa dan ilmu pengetahuan yang berbeda tentu akan menghasilkan suatu pemahaman yang berbeda pula. Hal ini berpotensi si penerima pesan salah mengartikan pesan yang diberikan oleh si pemberi pesan.

Seluruh pernyataan ini sebenarnya ingin menyampaikan satu pesan bahwa pentingnya mimik wajah dalam berkomunikasi. Di dalam dunia komunikasi, secara umum kita mengenal tiga macam cara penyampaian pesan atau informasi, yaitu melalui bahasa tulisan, bahasa suara, dan bahasa tubuh. Dengan menggunakan ketiga bahasa ini, diharapkan kita dapat meminimalkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam berkomunikasi. Lagi-lagi kecerdasan internet membantu kita mewujudkan itu semua.

Kehadirannya sungguh membantu, namun di sisi lain tak dapat dipungkiri kehadirannya pun sungguh menuntut. Pepatah nenek moyang kita mengatakan, suatu kemampuan jika tidak digunakan dengan baik dan benar akan mendatangkan malapetaka. Kehadiran internet di tengah-tengah masyarakat bukanlah suatu kebetulan. Internet diperoleh melalui sebuah perjuangan yang tidak sebentar dengan tujuan awal yang positif yaitu membangun masyarakat cerdas. Sebagai satu-satunya subjek pengguna internet, kita pun dituntut untuk cerdas.

Kemudahan yang disediakan untuk membuka segala sesuatu dengan mudah memberikan peluang bagi masyarakat untuk membuka suatu informasi yang tidak pantas, misalnya informasi-informasi yang berbau pornografi. “Dampak negatif sudah mengintip”, khususnya pada anak-anak di bawah umur. Sebagai pengguna-pengguna yang cerdas, masyarakat dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin meminimalkan bahaya tersebut. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dibutuhkan. Orang tua dituntut untuk memberikan pengarahan dan pengawasan penuh terhadap anak-anaknya, demi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak yang sehat.

Perlu diacungkan jempol, kecepatan penyebaran informasi melalui internet memang tak perlu dipertanyakan lagi. Dengan sebuah ‘KLIK’, dalam hitungan detik saja pesan itu sudah menyebar di antara jaringan-jaringan informasi. Namun, terkadang kemudahan ini justru merupakan sumber kekacauan. Para pengguna internet yang tak cerdas sering memanfaatkannya untuk menyebarkan informasi-informasi palsu. Tak tanggung-tanggung, pada umumnya mereka menggunakan kecerdasan ini untuk membuat berita-berita palsu yang berkaitan dengan suatu produk, perusahaan, tokoh, dan sebagainya. Sungguh suatu berita yang rentan dengan timbulnya pertengkaran dan kekacauan. Sebagai subjek-subjek internet yang cerdas, masyarakat dituntut untuk berpikir jernih setiap kali mempergunakannya. Kuncinya hanyalah satu yaitu saling menghormati. Dengan demikian, kita dapat merasakan manfaat kecerdasan internet secara bersama-sama.

Sebuah penelitian menemukan fakta bahwa sejumlah orang di dunia mengalami kecanduan internet. Sekitar 15 jam adalah waktu yang dihabiskan para remaja dan dewasa untuk online internet dalam seminggu. Data ini menunjukkan adanya peningkatan sebanyak lima jam dari enam tahun yang lalu. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Chinese Academy of Sciences mengemukakan suatu fakta yang sangat mengejutkan. Pada akhir penelitian disebutkan sebuah pernyataan bahwa, “KECANDUAN INTERNET SAMA BURUKNYA DENGAN KECANDUAN KOKAIN.”

Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa mengakses internet secara berlebih akan mengakibatkan kerusakan pada otak, tepatnya mereka akan mengalami gangguan fungsi ‘white matter’ pada sistem saraf. Gangguan ini biasa terjadi pada mereka yang mengonsumsi alkohol, kokain, dan ganja. Saraf ‘white matter’ ini berfungsi untuk menghubungkan beberapa bagian pada otak yang bertanggung jawab sebagai fungsi pengambilan keputusan, emosi, dan pengendalian diri. Masalah lebih lanjut akan timbul dalam bentuk gangguan berperilaku.

Potensi terbesar saat ini yang menyebabkan seseorang menderita kecanduan internet adalah game online. Untuk itu, kesadaran penuh sangat diperlukan. Sebagai masyarakat yang cerdas, setiap kita dituntut untuk memiliki kesadaran akan waktu, tugas, dan tanggung jawabnya masing-masing.
Kecerdasan internet merupakan suatu hal yang esensial dalam memajukan ilmu dan teknologi suatu bangsa. Namun, di sisi lain kemajuan ini juga berpeluang menghancurkan bangsa. Dengan hadirnya masyarakat cerdas, kita dapat sedikit bernapas lega dan yakin berkata, “Kehadiranmu sungguh bermanfaat, Internet!”

No comments :

Post a Comment