Monday, June 3, 2013

Menjelajahi Negara Kepulauan Berpahat Alam-Berbatik Budaya

Hari ini, saya akan mengajak Anda berpetualang ke sebuah negara di belahan selatan bumi. Penasaran kita akan kemana? Yuk, simak ciri singkat berikut ini! Negara ini merupakan suatu negara kepulauan yang diapit oleh 2 samudra (Samudra Pasifik dan Samudra Hindia) dan 2 benua (Benua Asia dan Benua Australia). Sebuah data menulis bahwa negara ini memiliki kurang lebih 17.504 pulau. Keragaman pulau dengan jumlah yang sangat banyaklah yang menyebabkan negara ini dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Apakah kamu sudah mengetahui negara tersebut? Ya, tepat! Negara kepulauan ini bernama Indonesia.
Gambar 1. Peta Negara Indonesia

Berbicara lebih jauh tentang pulau-pulau yang ada di Indonesia, secara umum dibagi menjadi 5 pulau besar, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Papua. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak kelebihan. Posisinya yang strategis menjadikan Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki peranan penting dalam lalu lintas laut. Selain digunakan sebagai salah satu jalur lalu lintas, laut di negara kepulauan ini juga terkenal dengan keeksotisannya. Banyak sekali pulau di Indonesia yang menyuguhkan keindahan alamnya, salah satunya ialah Pantai Losari yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan. Suatu pantai tak lengkap bilamana tak mampu memberikan keindahan sunrise dan sunset. Namun, ada sesuatu hal yang membedakan Pantai Losari dengan pantai-pantai lainnya. Tak seperti pantai lainnya, di Pantai Losari kita dapat menyaksikan kedua fenomena tersebut di sebuah titik berdiri yang sama. Sungguh menakjubkan, bukan?

Untuk mengunjungi negara kepulauan ini, Anda tak perlu repot membawa baju tebal, baju yang banyak, ataupun sejumlah kaos kaki, karena negara ini tidak memiliki musim salju. Letak astronomi membuat pulau ini hanya memiliki 2 musim, yaitu musim hujan dan musim panas (kemarau). Mari kita lanjutkan perjalanan dengan bergeser ke bagian barat pulau Sulawesi! Di sana, Indonesia memiliki pulau besar dengan sejuta cerita yang dikenal dengan pulau Borneo Kalimantan. Pulau dengan luas wilayah 743.330 km2 ini memiliki bentang alam berupa kawasan bervegetasi hutan tropis basah yang sangat bermanfaat sebagai penyerap karbondioksida, penghasil oksigen, dan penyeimbang iklim global. Oleh karena itu, pulau ini merupakan bagian penting dari paru-paru dunia.[1]

Di samping itu, adanya hutan tropis di pulau Kalimantan juga memiliki dampak positif lain. Hmm, apakah kamu tahu hewan yang sering disebut dengan orang utan? Orang utan adalah salah satu satwa primata yang hanya hidup di wilayah tropis, seperti Indonesia. Sungguh menyedihkan, saat ini jumlahnya semakin menurun. Hal ini mengakibatkan orang utan masuk dalam daftar salah satu hewan yang patut dilindungi dan dicegah kepunahannya. Pengalihan fungsi hutan dengan cara pembukaan perkebunan, pembukaan tambang, serta perluasan pemukiman merupakan ancaman serius terhadap populasi orang utan.

Melihat keadaan ini, pulau Kalimantan merupakan wilayah dengan potensi masa depan. Kawasan hutan luas yang dimiliki pulau Kalimantan merupakan aset utama dan penting bagi kelangsungan hidup satwa khas Indonesia, orang utan. Sebuah lokasi konservasi orang utan di Nyarumenten, bernama The Borneo Urang Utan Survival (BOS) dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama kurang lebih 30 menit dari kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Mari kita satukan suara mengatakan,”Lindungi satwa Indonesia dari kepunahan!”
Menjelajahi negara kepulauan ini, tidak lengkap bila tidak berkunjung ke pulau Suwarnadwipa, yang dalam bahasa Sansekerta berarti pulau emas. Apakah kamu merasa asing dengan pulau ini? Mari kenali lebih lanjut!

Dahulu kala….di pulau emas itu, berdirilah sebuah kerajaan Aceh yang bernama Kerajaan Samudera. Arus perdagangannya yang aktif menyebabkan lalu lintas di wilayah kerajaan tersebut ramai. Sejak abad ke-15, sejarah mencatat bahwa para pendatang Eropa menggunakan nama kerajaan Samudera untuk menyebut keseluruhan pulau.
Pada tahun 1490, Ibnu Majid, seorang musafir membuat sebuah peta daerah-daerah sekitar Samudera Hindia dengan tujuan untuk memudahkan kegiatan lalu lintas. Dalam petanya tertulis pulau “Samatrah”. Sekitar 8 tahun kemudian, peta tersebut disalin ulang oleh musafir lain bernama Roteiro. Dalam peta buatannya, nama “Samatrah” diterjemahkan menjadi “Camatarra”. Hal yang sama terjadi pada tahun-tahun berikutnya dan muncullah beberapa nama seperti “Samatra”, “Camatora”, “Somatra”, “Samoterra”, Samotra”, “Zamatra”, dan “Zamatora”. Untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman, maka dibakukanlah sebuah nama untuk menyebut pulau itu, yaitu Sumatera.[2]

Pulau Sumatera merupakan pulau yang kaya. Dari 5 provinsi yang dimiliki Indonesia, 3 diantaranya terdapat di pulau Sumatera, yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau dan Sumatera Selatan. Sebuah kebudayaan yang terkenal di Sumatera adalah kebudayaan Minangkabau. Bentuk kebudayaannya terproyeksi jelas hingga pada hal-hal sedehana, seperti yang terlihat pada bentuk bangunan rumah mereka. Wilayah Sumatera merupakan wilayah yang rawan gempa, untuk itu rumah-rumah mereka dibangun dengan bentuk panggung, dimana tiang-tiang penyangga diletakkan di atas batu tertanam. Yang istimewa dan khas pada arsitektur Minangkabau adalah pada bentuk atapnya yang menyerupai tanduk kerbau. [3]
Gambar 2. Arsitektur Rumah Gadang (Rumah Adat Minangkabau)

Seni tradisional budaya Minangkabau juga diwujudkan dalam bentuk lain, misalnya dalam bentuk tarian. Salah satu jenis tarian khas Minangkabau yang telah mendunia adalah tari piring. Pada awalnya tarian klasik ini dilakukan sebagai suatu ritual ucapan syukur pada para dewa. Namun, kini tarian yang meletakkan dua piring di atas kedua telapak tangan dan diayun-ayunkan ini lebih sering dipertontonkan sebagai hiburan masyarakat. Adapun jumlah penari tarian ini biasanya berjumlah ganjil, yaitu 3 hingga 7 orang. Perpaduan musik cepat dan gerakan penari yang lincah membuat pesona tari piring begitu menakjubkan.
Gambar 3. Tari Piring

Sudah lelahkah Anda? Masih ada sejuta kekayaan lainnya yang hanya dimiliki oleh Indonesia. Ayo kita kunjungi tujuan pulau selanjutnya! Sekarang, kita sedang menjejakkan kaki pada sebuah pulau dengan populasi terbanyak di Indonesia. Ya, pulau itu adalah pulau Jawa.

Salah satu flora khas pulau Jawa bagian barat adalah gandaria (Bouea macrophylla). Tanaman dengan pohon setinggi 27 meter ini dapat dimanfaatkan dari buah, daun, hingga batangnya. Buah gandaria yang masih muda, berwarna hijau sering dimakan sebagai rujak, atau digunakan sebagai campuran sambal. Sedangkan buahnya yang sudah matang, berwarna kuning dapat dikonsumsi langsung. Rasanya yang kecut-manis membuat para penikmatnya untuk mengonsumsinya kembali. Daunnya dimanfaatkan sebagai lalapan, sedangkan batangnya dipakai untuk pembuatan papan.
Gambar 4. Tanaman Gandaria (Bouea macrophylla)

Tak kalah dengan pulau Sumatera, pulau Jawa ini pun memiliki provinsi yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ayo kita lanjutkan perjalanan ini dengan mengunjungi kota Yogyakarta! Kota yang berkawasan di Jawa Tengah ini sangat terkenal dengan keramahan dan kesederhanaannya. Mereka tak segan-segan menjamu dan beramah-tamah dengan para pendatang. Senyum, kira-kira itulah yang selalu mereka lakukan untuk mengisyaratkan penerimaan mereka terhadap para tamu, ataupun pengunjung kota Yogyakarta.

Kesederhanaan kota yang dikenal dengan kota pelajar ini, dilengkapi dengan alat transportasi tradisional ramah lingkungan yang masih ada hingga sekarang, yaitu becak. Becak merupakan alat transportasi beroda tiga yang digerakkan oleh tenaga manusia. Kecepatannya yang tidak terlalu cepat memberikan kesempatan pada para penumpangnya untuk lebih menikmati keasrian dan keindahan kota Yogjakarta.

Selain melalui prasasti, secara unik catatan sejarah mereka gambarkan pada dinding-dinding bangunan candi. Beberapa candi yang ada di pulau ini diantaranya Candi Borobudur, Candi Prambanan, dll. Adapula cerita bermakna yang dituangkan dalam sebuah kain bercorak. Kain tersebut ialah kain batik. Kerajinan membatik dengan nilai seni tinggi ini merupakan suatu tradisi turun-temurun. Ada beberapa jenis batik berdasarkan teknik pembuatannya, yaitu batik tulis, batik cap, dan batik lukis. Berikut merupakan contoh-contoh motif batik beserta maknanya.
Gambar 5. Motif Truntum
Motif ini memiliki makna tumbuh kembang. Orang Jawa selalu mendambakan keturunan pada orang yang baru menikah dengan harapan dapat menjadi generasi penerus dan menggantikan generasi sebelumnya. [4]
 
Gambar 6. Motif Sido Wirasat
Pada motif ini terlihat suatu kombinasi motif truntum yang mengandung arti bahwa orang tua akan selalu memberi nasehat dan menuntun kedua mempelai menjalani kehidupan berumah tangga.[4]
 
Gambar 7. Motif Parang Klitik
Motif ini menyimbolkan suatu perilaku halus, kelemahlembutan, dan bijaksana. Dahulu, kain dengan motif ini hanya digunakan oleh para putri raja.[4]
Perjalanan kita berakhir di pulau Papua. Sempat dikabarkan bahwa pulau ini akan memisahkan diri dari Indonesia. Namun, sebuah surat kabar tertanggal 13 Febuari 2012, mewacanakan “Organisasi Papua Merdeka: Kami Menyatakan Diri Kembali Kepada NKRI”. Kehadiran pulau ini tentu akan memberikan warna tersendiri bagi budaya Indonesia.[5]

Suku asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku ini memiliki kebiasaan unik dalam merias diri. Sejak awal kehidupannya, Papua telah dekat sekali dengan alam. Untuk merias diri, mereka menggunakan tanah merah untuk menghasilkan warna merah, kulit kerang yang dihaluskan untuk warna putih, arang kayu halus untuk warna hitam. Caranya pun cukup sederhana. Hanya dengan mencampurkan bahan-bahan tersebut dengan sedikit air, mereka sudah dapat mewarnai tubuhnya.

Usailah penjelajahan kita kali ini. Bagaimana perasaan Anda? Dengan adanya pengalaman ini, kita dapat lebih mengenal sebuah ‘Negara Kepulauan Berpahat Alam-Berbatik Budaya’. Oh ya, perjalanan kita ini bukanlah sekedar perjalanan biasa lho! Ada suatu makna yang ingin disampaikan melalui penjelajahan ini. “Seperti semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya negara Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Demikian pula, setiap pulau memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Namun semuanya itu tetaplah menceritakan satu ide pokok yaitu kesatuan tanah air Indonesia.
Sekian.

Nita Felicia / @nita_felicia
Ditulis untuk Lomba Blog “Paling Indonesia”
(1-30 Juni 2012)

REFERENSI
[1] Kalimantan sebagai Paru-Paru Dunia: http://www.dephut.go.id/apl/uploads/Perpres-3-2012-Rencana-Tata_Ruang-Pulau-Kalimantan.pdf
[2] Sejarah Nama Sumatera: http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera
[3] Budaya Minangkabau: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Minangkabau
[4] Motif Batik dan Maknanya: http://adxnurma.blogspot.com/2012/02/makna-batik-part-2.html
[5] http://politik.kompasiana.com/2012/02/13/organisasi-papua-merdeka-kami-menyatakan-diri-kembali-kepada-nkri/

No comments :

Post a Comment