Monday, June 3, 2013

Setetes untuk Segelas

Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar judul di atas? Coba pejamkan matamu dan bayangkan sejenak, suatu zat cair dalam jumlah kecil yang jatuh setitik demi setitik ke dalam suatu wadah minum akibat gaya gravitasi bumi. “Setetes zat cair yang jatuh akan mengisi ruang kosong dalam wadah.” Dengan kata lain, sebuah tetesan akan berguna apabila tetesan itu berhasil berinteraksi masuk ke dalam wadahnya. Jika tidak, maka tetesan itu akan terbuang sia-sia. Sama halnya dengan interaksi yang seharusnya terjalin di antara ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Dewasa ini, ilmu pengetahuan terus berkembang. Para peneliti menemukan berbagai penemuan yang penting bagi kehidupan masyarakat. Namun, sungguh disayangkan interaksi di antara keduanya kurang terjalin sempurna. Kurangnya interaksi masuk ilmu pengetahuan ke dalam masyarakat menyebabkan keduanya tidak dapat menunjukkan fungsi yang semestinya. Di dalam praktek kehidupan nyata, diperlukan suatu alat yang dapat menjalin interaksi antara ilmu pengetahuan dan masyarakat. Alat itu dinamakan “SOSIALISASI”.

Sebut saja di bidang kesehatan. Ketika anak jatuh sakit, barulah orang tua merasa cemas dan kesulitan. Padahal, sejak dulu para peneliti telah menemukan cara mudah yang bisa dilakukan oleh seluruh anak Indonesia, yaitu dengan mengonsumsi “Susu Inovasi Yang Sehat dan Halal Untuk Pertumbuhan Anak”. Namun, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan memahami betapa pentingnya mengonsumsi susu sehat dan halal bagi tumbuh kembang anak, sehingga tak sedikit masyarakat yang cenderung mengabaikannya. Mari kita bahas lebih lanjut melalui tulisan dalam blog berikut ini!

Cairan merupakan salah satu wujud zat yang paling mudah dikonsumsi, diserap, dan dicerna oleh tubuh manusia. Coba ingat kembali, apa yang kamu konsumsi pertama kali dalam hidupmu? Ya, suatu cairan putih penuh nutrisi yang dikenal dengan sebutan susu. Berbagai penelitian telah menyatakan bahwa ASI (Air Susu Ibu) merupakan susu sempurna sehingga pemberian ASI eksklusif (minimal 6 bulan) sangat dianjurkan.

Sebelum menginjak usia 6 bulan, pencernaan bayi belum dapat berfungsi secara sempurna sehingga melalui susu inilah yang berperan sebagai makanan utama. Secara eksklusif tanpa bantuan dari makanan-makanan lain, susu memenuhi seluruh asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuhmu selama 6 bulan pertama. Hebat kan?
Kita telah mengetahui bahwa susu merupakan asupan bergizi tinggi yang dipercaya sebagai makanan pertama yang masuk ke dalam tubuh manusia. Sungguh tak perlu diragukan lagi kehebatan khasiatnya bagi kesehatan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia anak, kita tak dapat terus-menerus bergantung pada ASI saja sebagai sumber susu. Waktu yang memungkinkan untuk pemberian ASI hanya berkisar 6 bulan hingga 2 tahun. Di sisi lain,  tak dipungkiri bahwa anak tetap membutuhkan asupan nutrisi susu meskipun telah melewati masa usia itu.

Berawal dari latar belakang inilah, para peneliti terus berkarya menemukan inovasi-inovasi baru yang bertujuan memberikan nutrisi maksimal pada setiap tahapan usia anak. Ketika anak berada pada rentang usia 1-6 tahun, sebuah fokus menitikberatkan pada pertumbuhan fisik karena rentang usia ini merupakan suatu periode yang memungkinkan anak mengalami pertumbuhan tubuh yang optimal. Oleh karena itu, diperlukan inovasi susu sehat yang mampu memberikan asupan nutrisi yang seimbang dengan fase tumbuh kembangnya. Lain halnya pada rentang usia 7-12 tahun. Pada fase ini, perkembangan anak menitikberatkan pada kecerdasan otak. Pada periode ini, aktivitas anak sudah mulai padat dengan berbagai kegiatan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Melihat kondisi tersebut, untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal anak memerlukan suatu inovasi susu dengan nutrisi khusus yang mendukung seluruh aktivitas anak. Hal ini bertujuan agar anak tetap bersemangat menjalani kegiatannya yang padat tanpa mudah terserang sakit.[1]

Pada bulan Mei lalu, suatu inovasi susu pertama di Indonesia diluncurkan, yaitu susu yang dilengkapi dengan nutrisi berbasis karbohidrat (isomaltulosa) yang bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi dan daya ingat, khususnya pada anak berusia 1-6 tahun.[2] Pada usia keemasannya, seorang anak akan mengalami perubahan yang signifikan, baik dalam pertumbuhan jiwa maupun perkembangan kognitif. Di dalam perubahan inilah, tubuh memerlukan sebuah energi yang cukup dan konstan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa isomaltulosa yang dikonsumsi secara teratur dapat menyediakan sumber energi konstan pada otak. Hal ini tentu akan sangat membantu kinerja otak, mengingat otak tak pernah berhenti bekerja.

Waktu terus bergulir, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) terus berkembang. Demikian halnya dengan perkembangan kualitas pada susu inovasi sehat di Indonesia, kian hari kian menunjukkan peningkatannya. Namun, berbicara khusus tentang Indonesia, rasanya tak cukup jika hanya berfokus pada segi kesehatan. Tak dapat dipungkiri bahwa ada faktor lain yang juga turut mengkualifikasi produk-produk Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama muslim. Kehalalan suatu produk pangan turut menjadi faktor penting, di samping pertimbangan pada nilai-nilai kesehatan.

Suatu makanan yang terbuat dari turunan hewani dinyatakan berstatus halal dan suci apabila berasal dari hewan halal. “Berarti pokoknya bukan berasal dari babi”, mungkin hanya sebatas definisi inilah yang ada pada masyarakat awam. Namun pada kenyataannya, pengertian tentang kehalalan suatu makanan tidak berhenti sampai di situ saja. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM-MUI menegaskan bahwa suatu bahan turunan hewani dinyatakan “HALAL” apabila “Makanan itu berasal dari hewan halal dan hewan halal tersebut disembelih sesuai dengan syariat Islam, bukan berasal dari darah dan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis.”[3]

Lalu apa kaitannya dengan produk susu? Mari kita lihat langsung salah satu contoh kasus berikut ini. Saat ini, suatu bahan yang berasal dari pembuatan keju bernama protein whey, sering ditambahkan dalam proses pembuatan susu. Protein whey merupakan suatu cairan yang tidak ikut menggumpal menjadi keju. Menurut penelitian, dalam protein whey masih banyak mengandung beberapa zat yang baik bagi tubuh. Oleh karena itulah, whey digunakan sebagai salah satu bahan tambahan susu.

Protein whey mengandung alfa lakalbumin yang berfungsi untuk mengurangi resiko kanker usus besar. Selain mudah dicerna, whey diakui memiliki kualitas nutrisi yang tinggi karena whey mengandung semua kandungan asam amino esensial yang sesuai dengan persyaratan WHO.[4] Mengingat whey merupakan limbah pembuatan keju, maka penambahan whey dalam produk lain tentunya juga akan meminimalkan biaya produksi.

Dengan adanya bahan penambah yang berasal dari proses pembuatan keju, maka kini kita harus kritis terhadap pembuatan keju itu sendiri. Tentunya kamu tidak mau kan minum susu sehat tapi tidak halal? Di dalam proses pengolahan keju, digunakan enzim rennet (suatu bahan turunan hewani) yang berfungsi untuk menggumpalkan kasein. (Kasein merupakan suatu protein susu, bahan pembuatan keju.) Enzim tersebut diperoleh dari lambung anak sapi. [5] Apabila penyembelihannya tidak sesuai dengan syariat Islam, maka produk itu juga dapat dinyatakan tidak halal.

Dengan pengembangan inovasi di bidang pangan, suatu penelitian menemukan bahwa terdapat sumber penghasil enzim rennet lain yang tidak melibatkan hewan. Enzim tersebut diperoleh dengan menggunakan prinsip pemanfaatan aktivitas mikroorganisme. Selain dapat dimutasi atau direkayasa secara genetika, penggunaan mikroba sebagai sumber alternatif penghasil enzim rennet juga memiliki kelebihan lain, seperti kemampuan laju produksinya yang tinggi. Adapun hanya jenis mikroba tertentu yang dapat digunakan untuk memproduksi enzim rennet, diantaranya Mucor miehei, M.pusillus dan Endothia parasitica. [5]

Adanya penemuan mikroba sebagai penghasil enzim tentu sangat bermanfaat. Dengan demikian, masyarakat khususnya kaum muslim tetap dapat menikmati susu dengan bahan penambah protein whey yang baik bagi tubuh. Namun alangkah baiknya jika mereka dapat mengkonsumsinya tanpa perlu membedakan mana protein whey yang dihasilkan oleh hewan dan mana yang dihasilkan oleh mikroba.

Dan kini, kekhawatiran mereka akan kehalalan suatu produk tuntas terhapuskan dengan kehadiran LPOOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia). Sejak tahun 2005, LPPOM MUI memberlakukan suatu sistem yang menjamin kehalalan suatu produk suatu perusahaan sepanjang perusahaan itu memegang Sertifikat Kehalalan MUI.[3] Kepemilikan sertifikasi tersebut diwujudkan perusahaan dengan menyertakan label MUI pada kemasan produk (Keterangan: Contoh Label MUI dapat dilihat pada banner "Lomba Blog Susu Inovasi Yang Sehat dan Halal Untuk Pertumbuhan Anak" di bawah). Dengan demikian, kita sebagai masyarakat cerdas dapat memberikan asupan susu dengan gizi seimbang tanpa perlu ragu akan kehalalannya.

Sebuah gelas tak akan terisi, jika tidak dimulai dengan sebuah tetesan. Namun, tetesan itu tidak akan terasa manfaatnya apabila tidak jatuh tepat pada wadahnya. Mungkin pada saat ini, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang inovasi susu yang seperti apa yang sehat dan halal untuk pertumbuhan anak. Kurangnya kegiatan sosialisasi dapat menjadi salah satu faktor penyebab ketidaktahuan masyarakat.
Kiranya tulisan dalam blog ini dapat dijadikan sebagai pembawa tetesan informasi sekaligus sosialisasi dini yang membentuk konsep berpikir mengenai susu sehat dan halal bagi tumbuh kembang anak. Sebagai penerus bangsa yang aktif, marilah kita saling bertindak dua sisi, yakni sebagai “Pemberi Tetesan” dan sebagai “Wadah”!
Setetes untuk Segelas, semua berawal dari sebuah tetesan. Awalilah harimu dengan tetesan susu sehat dan halal untuk segelas masa depan yang penuh harapan!

Nita Felicia / @nita_felicia
Ditulis untuk Kontes Blog “Susu Inovasi Yang Sehat dan Halal Untuk Pertumbuhan Anak”
(8 Juni-4 Juli 2012)

REFERENSI:
[1]Kids and School TVC: http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=nv8Ehd0fMz4
[2] http://www.frisianflag.com/id/ruang-media/berita-umum/6213-frisian-flag-123-456-inovasi-susu-pertumbuhan-pertama-di-indonesia-dengan-isomaltulosa-untuk-gizi-lengkap-dan-seimbang
[3]  Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPOOM-MUI: http://jambi.kemenag.go.id/file/dokumen/PEDOMANSISTEMJAMINANHALAL.pdf
[4] http://www.scribd.com/doc/77909685/Resume
[5] Sumber dan Peranan Enzim: http://elisajulianti.files.wordpress.com/2012/01/sumber-dan-peranan-enzim.pdf

No comments :

Post a Comment